Kamis, 20 Oktober 2011


MELAHIRKAN KEMBALI INDONESIA MERDEKA
Oleh: Prof. Dr. H. Winarso Surakhmad, M.Sc. Ed.

1. Di Kelahirannya
Sampai kemarin, ketika .... semua babi rusa, komodo dan badak cula,
hidup terlindung petaka dalam satu undang-undang;
Guruku malang, sebagai malaikat yang tirakat hidup penuh hampa;
tanpa perlindungan sepenggal undang-undang.

2. Di Dunianya
Tanpa sebuah kepalsuan semua guru meyakini
guru artinya ibadah.
Tanpa sebuah kemunafikan semua guru berikrar
mengabdi kemanusian.
Tapi dunianya .... ternyata tuli
Setuli batu .... tak berhati
Otonominya, kompetensinya, profesinya,
hanya sepuhan pembungkus rasa getir.
Tatkala dunianya tidak bersahabat,
tidak mungkin menjadi guru yang Guru,
hingga ketika guru syuhada,
tiada tempat di makam pahlawan!

3. Di Hati Kecilnya
Dengan sikap terbata-bata
Dengan suara tersendat-sendat
Dengan hati tersumbat darah
Guru bertanya dalam gumam:
Mungkinkah berharap yang terbaik
dalam kondisi yang terburuk?
Bolehkah kami bertanya
apa artinya bertugas mulia
ketika kami hanya terpinggirkan
tanpa ditanya tanpa disapa?
Kapan sekolah kami
lebih baik dari kandang ayam!
Kapan pengetahuan kami
bukan ilmu kadaluarsa!
Mungkinkah berharap yang terbaik
dalam kondisi yang terburuk?
Kenapa .... Ketika orang menangis
kami harus tetap tertawa?!
Kenapa .... Ketika orang kekenyangan
kami harus tetap kelaparan?!
Bolehkah kami bermimpi,
didengar ketika berbicara,
dihargai layaknya manusia,
tidak dihalau ketika bertanya?
Tidak mungkin berharap yang terbaik
dalam kondisi yang terburuk?

4. Di Batu Nisannya
Di sejuta batu nisan guru tua
yang terlupakan oleh sejarah.
Terbaca torehan darah kering:
“Di sini .... berbaring seorang guru
semampu .... membaca buku usang
sambil belajar .... manahan lapar
hidup sebulan .... dengan gaji sehari”
Itulah nisan sejuta guru tua
yang terlupakan sejarah.
Kematiannya tidak ditangisi,
tiada bunga, tiada meriam,
tiada do’a, tiada .... in memoriam!
Tanpa bendera setengah tiang,
Sedetikpun sekolah tidak libur:
Hanya .... seorang guru .... berlalu.
Seorang guru tua
dari sejuta pelaku sejarah.

5. Di Mata Bangsanya
Bangkitlah, bangkitlah guruku
Kehadiranmu tidak tergantikan.
Biarlah dunia menjadi saksi:
Kau bukan guru negeri
Kau bukan guru swasta
Kau adalah GURU BANGSA!!!
Kalau engkau mau, kalau saja engkau mau
memberikan yang terbaik dan hanya yang terbaik; ....
Kalau saja engkau mau
memanusiakan manusia,
membudidayakan bangsa,
mengindonesiakan nusantara:
satu generasi di tanganmu
seagung sebuah Maha Karya;
satu besok menunggumu
indah dari seribu kemarin!
Maha Guru bangsa ini:
Sekaranglah waktumu
MELAHIRKAN KEMBALI SEBUAH INDONESIA RAYA!

Hari Guru ke-60. Stadion Manahan, Surakarta, Minggu, 27 November 2005.

0 komentar:

Posting Komentar